Rabu,23 Juni 2010 | 11:04 WIB
Sisi Gelap dari Harapan Baik
Ukuran ruang itu cuma sekitar 2 x 4 meter. Udara segar hanya masuk dari tingkap kecil di ujung atas dinding, di dekat langit-langit yang tingginya sekitar 5 meter. Di sana tak ada penerangan, kecuali cahaya yang masuk dari tiga lubang berdiameter 3 sentimeter pada satu-satunya pintu penghubung.
Sesuai dengan namanya, Dark Hole, ruangan ini benar-benar terasa seperti ”lubang gelap”. Ketika lampu dimatikan dan pintu ditutup, di sana benar-benar tak terlihat apa pun. Sepenuhnya gelap gulita.
Pikiran melayang ke masa 430 tahun lalu, ketika para budak dijejalkan di dalam ruangan yang menjadi bagian dari benteng VOC, Castle of Good Hope atau Casteel de Goede Hoop itu. Terletak di City Bowl, kawasan tengah kota Cape Town, Afrika Selatan, jejak sejarah ini memperkuat gambaran kejam perusahaan dagang Belanda yang bergerak untuk wilayah Timur Jauh ini. Kastil Harapan Baik yang dibangun tahun 1666 oleh VOC ternyata menyimpan sisi gelap yang mengerikan.
Para budak yang didatangkan VOC dari Indonesia, India, Madagaskar, dan Mozambik menjadi tulang punggung pembangunan kota Cape Town dan sekitarnya. Kesalahan sedikit saja akan membawa mereka ke benteng ini, sebelum berakhir dengan pembuangan di penjara yang terletak di pulau seberang Cape Town, Robben Island. Pulau yang sama yang digunakan pemerintah apartheid untuk memenjarakan pejuang anti-apartheid Nelson Mandela dan rekan-rekannya.
Dark Hole ini berhubungan dengan ruangan yang berukuran sama. Penghubungnya adalah pintu dengan tiga buah lubang yang fungsinya sekadar untuk menakut-nakuti mereka yang ada di dalam Dark Hole. Maklum, ruangan di sebelahnya tak lain adalah ruang penyiksaan.
”Suara erangan dan teriakan dari mereka yang disiksa diharapkan bisa membuat tahanan yang di Dark Hole segera mengaku,” kata Sisokhu, pemandu wisata benteng itu, Senin (21/6/2010). Ia mengingatkan bahwa hukum yang berlaku di Belanda ketika itu tidak membolehkan tahanan disekap lebih dari 24 jam. Karena itu, metode penyiksaan diharapkan segera membuat tahanan lain membuka mulut.
Ruang penyiksaan ini hanya disinari dengan dua pelita yang menyala di dinding ruangan. Di dinding yang lain terpasang borgol, yang digunakan untuk mengunci lengan tahanan. Posisi tahanan menghadap ke dinding saat dicambuk, dengan kaki diborgol.
Jika yang bersangkutan masih belum mengaku, maka penyiksaan dilanjutkan dengan menggantungnya dalam posisi kepala di bawah. Sebuah pengait—dengan tali yang bisa dinaik-turunkan—tergantung di tengah ruangan.
Hukuman pembangkang
Perlakuan terhadap tahanan yang disekap di Castle of Good Hope ini beragam. B Johnson Barker dalam bukunya, The Castle of Good Hope From 1666, menguraikan bagaimana para budak biasanya mendapat hukuman yang lebih berat, terutama jika ada indikasi pembangkangan terhadap pemerintah, majikan yang memilikinya, atau kepada orang Eropa lain.
Biasanya, jika mereka dijatuhi hukuman mati, maka prosesnya tidak segera mematikan. Mereka disiksa secara perlahan. Misalnya, tulang belulang dan persendian sang budak dihancurkan dan dilepas dulu, tetapi tidak membuatnya sampai mati. Pukulan yang mematikan biasanya dilakukan dengan menggunakan sepotong besi berat yang dipukulkan ke dada tahanan. Jika cara tersebut tidak dicantumkan dalam putusan hukuman, maka sang budak akan dibiarkan mati perlahan.
Kisah lain dialami seorang budak bernama Susanna. Di bawah siksaan, ia ”mengaku” telah membunuh anaknya. Hukumannya adalah dadanya dibakar dengan bara panas, sebelum secara utuh ia dibakar. Ternyata pengadilan mengamandemen vonisnya. Susanna pun dimasukkan ke dalam karung yang dijahit dan dibuang jauh di tengah laut.
Penjara dan ruang penyiksaan di kawasan benteng Castle of Good Hope ini sebetulnya tidak memakan banyak tempat jika dibandingkan dengan keseluruhan luas benteng. Deretan ruang tahanan, misalnya, hanya terdiri dari enam ruangan yang membentuk setengah lingkaran, yang semuanya berada di balik sebuah pintu masuk.
Para tahanan itu bahkan sempat mengukir pintu kayu dan kaso dengan berbagai tulisan. Ada ruang tahanan yang diukir, ”Miss Reeces Hotell Lodgeing’s for Single Gentle Men”. Pada sebuah pintu kayu ruang tahanan tertulis, ”Welcome stranger to this beautiful place. Hell to friendship and to mental peace”.
Kisah tahanan dan ruang penyiksaan di Castle of Good Hope ini ternyata berlanjut dengan munculnya beberapa pengakuan soal adanya penampakan makhluk halus di benteng itu. Mengutip beberapa sumber, Barker menuliskan, ”Kastil ini punya cukup waktu untuk mengumpulkan sekelompok hantu serta dinding dan lubang gelapnya terkenal mengerikan.”
Makhluk halus
Barker lantas mengingatkan bagaimana pembangunan benteng ini menggunakan 300 budak yang harus mengangkut batu dari Signal Hill—salah satu puncak bukit di tengah kota Cape Town—ke bawah, ke lokasi pembangunan benteng. Suatu kali terjadi pemberontakan dan empat pemimpinnya ditangkap. Dua orang dihukum mati, sementara dua orang yang lain dicambuk dan bekerja rodi dengan kaki dirantai. Belakangan, seperti ditulis M Williamson dalam buku Haunted Corners, muncul makhluk halus dengan tatapan mata ketakutan, yang terkadang tampak di Leerdam, salah satu sisi dari Castle of Good Hope yang berbentuk segi lima.
Kisah lain yang beredar dan pengakuannya dimuat dalam berbagai buku, antara lain adalah soal ditemukannya seorang rondganger (penarik tali lonceng) benteng yang tergantung di tali lonceng sementara lonceng tidak berbunyi; atau kisah penampakan di ruang jaga dan berbunyinya lonceng di ruang jaga yang kebetulan kosong; serta pengakuan seorang anak pejabat militer, Emily Daniel, yang didatangi makhluk halus perempuan yang menutup wajah dengan tangannya.
Sisi gelap Kastil Harapan Baik memang tak bisa ditutupi. Kisah tragis di balik dinding tingginya mungkin akan menghantui sepanjang masa, mengingatkan kita akan pedihnya penindasan antarsesama manusia.
Diposkan oleh RADAR JAMBI d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar