Jumat, 25 Juni 2010

TEORI ILMU POLITIK

Jumat, Juni 23, 2006
Teori ilmu politik
Teori ilmu politik adalah sebagian besar cabang yang perlu untuk dipelajari dalam dunia perpolitikan, teori ini menyangkut kupasan yang dasar terhadap ilmu politik, mulai dari asal- mulanya, evolusi, sifat dasar, tujuan atau maksud, fungsi, organisasi politik dan sebagainya.

Melalui teori ini bukan saja mengupas hal yang diatas belaka, tetapi juga mencoba menelusuri berbagai aspek hukum secara umum untuk ditetapkan didalam negara. Sedangkan filsafat ilmu politik menjadi bagian dari teori, setiap aksi perpolitikan sering menunjukkan beberapa pokok nilai terhadap teori ilmu politik, dan ini tepat, oleh karena itu, prinsip- prinsip yang diutamakan oleh para ilmuwan, aktivis politik harus memiliki nilai yang positif bagi masyarakat dan negara.

Disisi lain sejarah ilmu politik juga termasuk dalam daftar pencetus ilmu politik dari berbagai negara, para ilmuwan politik yang hidup 2500 tahun yang silam, telah menyusun unsur- unsur, tujuan, organisasi dan permasalahan didalam negara.
Para ilmuwan politik seperti: Plato, Aristotle, kautiliya, Machievelli, Hobbes, Rousseau, Hegel, Marx, Lenin dan Gandhi, telah memberikan jalan yang baik didalam bernegara.

Para ilmuwan tersebut memiliki pandangan yang berbeda tentang politik, tetapi jika ditinjau dari segi tujuan mereka terkesan sama. Setiap individu ilmuwan tersebut mengingikan agar masyarakat bersatu didalam satu negara.

Tetapi akhir- akhir ini para pemimpin telah menyalah gunakan teori tersebut, pemimpim- pemimpin sekarang ini menyalah gunakan sistem kenegaraan. Negara bagi mereka adalah senjata untuk meraih suatu impian, mereka menciptakan neraka bagi rakyatnya sendiri, jika para ilmuwan sebelumnya bertujuan untuk bersatu, mengapa sekarang harus berpecah belah.
Diposkan oleh M.Tasar blog.spot di 11:48 PM
2 komentar:

Politik Sulaisi mengatakan...

Setiap aktivitas politik bertujuan untuk mensejahterakan segenap warga masyarakatnya sebagai "empu" kedaulatan. Jika terjadi penyimpangan atau bahkan kesenjangan antara derivasi makna dan realitas politik dalam suatu Negara-Bangsa (Nation-State,)bisa dipastikan karena prilaku politik (political behavior)seorang atau sekelompok politisi yang tidak terpuji karena tujuan pribadi atau faksi. Lahirlah ketidak adilan yang berdampak negatif terhadap makna politik yang sebenarnya. Kesejahteraan menjadi semu sebagaimana akhir-akhir ini. Oleh karenanya, sudah seharusnya sekelompok orang yang memiliki integritas dan kapabel di bidang politik dan kekuasaan diusung secara bersama-sama oleh rakyat, walaupun sangat terasa sulit memberikan penyadaran tentang pentingnya cita-cita tersebut kepada masyarakat. Tidak ada yang tidak mungkin bukan???
2:59 PM
Politik Sulaisi mengatakan...

Dalam konteks politik, saya menaruk perhatian pada prilaku politik Gandhi yang begitu manusiawi dan egaliter dalam setiap kebijakan politiknya. Walaupun kemudian tewas diujung peluru tajam karena kearifannya. Prinsip ahimsa dan non-violence dalam politiknya tidak sekedar slogan, tetapi realitas yang integral dengan kepribadian Gandhi. Ihwalnya perlu diteladani oleh politisi-politisi kita di Indonesia, karena nir-kekerasan tidak sekedar dalam makna fisiologis, namun harus bermakna--pula--secara psikologis. Oleh karenanya, saya ingin membahasakan politik yang sangat arif dan manusiawi seperti ini dengan politik yang teologis (theo-politics). Jika berpolitik di atas namakan Yang Maha Suci, atau ikhtiar menerjemahkan nilai-nilai ilahiyah dalam berkehidupan, insyaallah tidak akan ada Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Namun sayangnya, akhir-akhir ini politik terlanjur dianggap sekuler dan sangat sekuler, sehingga--setidaknya menurut Budiman Sudjatmiko--harus berani berlawanan dengan agama (Islam). Menurut Budiman di acara Pusdiklatpim '09 PB HMI di GIC Depok beberapa hari lalu, dalam politik harus berani riya' atau popular. Hal ini memang bertentangan dengan agama, namun seorang politisi harus berani berlawanan dengan ajaran agama ini. Karena kalau tidak, tidak akan pernah ada anggota legislatif. Apakah benar begini? Mari kita diskusikan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar